Bak peribahasa yang berbunyi, “Asam di gunung, garam di laut, bertemu di belanga.” Inilah ungkapan yang pas menurut Prof. Dr. Rubaidi, M.Ag. alumni Al Islam Joresan angkatan 1991. betapa tidak, menurutnya kemanapun beliau melakukan kegiatannya hampir dipastikan selalu bertemu alumni Al Islam.
Wakil dekan III fakultas Psikologi dan Kesehatan UINSA Surabaya yang membidangi Kemahasiswaan ini menyampaikan pengalamannya melelang buana ke hampir seluruh Indonesia, selalu saja bertemu Alumni Al Islam. Tanpa beliau sadari kok seperti peribahasa dalam pelajaran “bahasa Indonesia” saat SD dulu.
“ini sepertinya telah ditakdirkan oleh Alloh, dengan keberkahan belajar di Al islam walaupun dipisahkan sejauh mungkin, pada akhirnya akan tetap bertemu juga.” tutur beliau saat mengisi Sosialisasi dan MOU antara kantor kemenag Ponorogo dengan UINSA.
Guru besar bidang ilmu tasawuf UINSA yang merupakan Guru besar keenam dari deretan Guru besar Alumni Al Islam ini banyak menyampaikan suka duka saat belajar di Al Islam Joresan. Alumni yang berasal dari Jepara ini menyatakan bahwa awalnya diajak saudaranya untuk mondok di Pasar pon, kota lama Ponorogo dan akan belajar pagi di sekolah umum di Ponorogo, namun beliau berfikir kalau sekolah di umum kenapa harus jauh-jauh dari Jepara. Akhirnya beliau lebih memilih belajar ke Joresan walaupun berada di pinggiran kota.
Ternyata, memang tempat yang tepat untuk menimba ilmu adalah di Al Islam, disinilah beliau menemukan keberkahan, tambah Instruktur Nasional PKPNU ini.
Profesor yang pernah belajar di THE AUSTRALIAN NATIONAL UNIVERSITY ini juga mengungkapkan, ternyata keberkahan belajar di Al Islam Joresan sangat luar biasa, dan saat ini beliau tak habis pikir dimanapun dan kapanpun melakukan aktivitas akademik maupun non akademik, kok hampir selalu ketemu Alumni Al Islam dari berbagai Angkatan. Sehingga, sebelum memulai aktivitasnya selalu menyampaikan curriculum vitaenya bahwa saya Alumni Al Islam, apakah ada dari Audiens juga sama. Tambahnya agar tidak dianggap “jaim” dengan sesama alumni.
